Cita-cita ku Menjadi Anak Yang Shaleh
Surabaya - Materi kelas V dalam program belajar PAI dari rumah bersama guruku kali ini mengajak anak-anak Surabaya untuk memiliki cita-cita sebagai anak shaleh yang diikuti secara zoom dan disiarkan secara live melalui Jawa Pos TV. (01/10/21)
"Lho, Pak Farid, cita-cita saya kan jadi polisi. Kenapa jadi anak sholeh? Iya, jadilah polisi yang sholeh, jadilah guru yang sholeh dan jadilah dokter yang sholeh." Ucap Ustadz Muhammad Farid Al Badri, SH. S.Pd, GPAI asal SDN Balongsari I No. 500 di awal pembelajaran jarak jauh ketika menanyakan cita-cita peserta didiknya di zoom. Sebelum lebih jauh menerangkan materinya.
Materi tentang cita-cita menjadi anak yang shaleh tersebut bertujuan agar peserta didik mengerti tentang ciri-ciri anak yang shaleh. Siswa mengerti arti kejujuran dan menjadikan kejujuran sebagai iman serta memudahkan cita-cita mudah tercapai.
Dengan lugas penyaji pun menerangkan tentang makna anak shaleh yang bercirikan antara lain rajin shalat, membasuh kaki ibunya, murid berbakti pada gurunya dan menjenguk teman yang sakit merupakan sebagian dari ciri anak shaleh yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Tepuk kamu menjadi apa, ala Pramuka diperagakan oleh penyaji yang ditirukan oleh peserta didiknya untuk membangkitkan semangat belajarnya selama belajar jarak jauh. Dilanjutkan dengan pembahasan tentang jujur yang berasal dari kalimat As Sidiq artinya berkata yang benar sesuai ucapan dan perbuatan.
Selain penjelasan, penyaji pun memberikan contoh tentang kejujuran dengan detail yang dijadikan sebagai pondasi awal. Ibarat kejujuran berupa cermin. Jika cermin kotor maka tidak bisa digunakan untuk bercermin dan sebaliknya. Begitu pun juga hati, jika hati baik maka yang terlihat pun kebaikan dan sebaliknya.
Ada 3 hal yang didinginkan oleh orangtua untuk kita, sampai orangtua harus menjual pemilikannya untuk mendapatkan anak yang mampu melakukan 3 hal, ujar penyaji. 3 hal tersebut adalah amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholehah. Karena ketiga hal tersebut jika dilakukan maka pahalanya tidak akan putus meskipun sudah meninggal. Sehingga orangtua berharap sekali memiliki anak yang shaleh, terang Farid.
Selain itu penyaji pun mengingatkan peserta didik untuk bersikap baik, sopan dan lembut pada orang tua dan guru. Karena doa mereka akan memudahkan dan melancarkan peserta didik untuk mencapai cita-cita. Penyaji yang begitu dekat dengan peserta didik tersebut membuka sesi tanya jawab di episode terakhir membuat pembelajaran tersebut memudahkan pemahaman peserta didik untuk menerima pembelajaran. (TimHumasSH)







Tidak ada komentar:
Posting Komentar