Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Kamis, 04 Agustus 2016

Penilaian Autentik Berbasis ISRA

KKGPAI SURABAYA - Perlunya mengukur kompetensi siswa secara signifikan atas hasil bellajar peserta didik untuk sikap , pengetahuan dan ketrampilan dengan mengacu pada dasar hokum permendikbud No.23 tahun 2016, penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah (Hymes, 1991). Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi (performance) siswa yang ditemui di dalam praktik dunia nyata.

Guru PAI dituntut memperkaya muatan pendidikan agama Islam dan budi pekerti dengan nilai-nilai akhlak mulia dan Budi Luhur , dan meningkatkan kompetensinya dengan metode pembelajaran yang lebih menarik serta  meningkatkan kemampuan berpikir serta menyadari pentingnya nilai akhlak mulia dan Budi Luhur yang terkandung dalam ajaran Islam yaitu Islam rahmatan lil alamin dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik menyenangkan dan merangsang untuk berpikir tingkat tinggi dalam mewujudkan pendidikan Islam yang unggul moderat dan menjadi rujukan dunia.

Islam dalam integrasi ilmu agama pengetahuan dan teknologi sebagai visi rencana strategis pendidikan Islam 2015-2019 dimana misi kerahmatan ini guru Pendidikan Agama Islam akan dapat melaksanakan tugasnya Dalam membekali terhadap peserta didik dengan modalitas sosial keagamaan yang Humanis untuk menemukan spirit toleransi ( tasamuh) dan moderasi ( tawassul ) dalam menjalani kebiasaan akademik dengan pola pembelajaran yang dinamis di sekolah maupun di luar sekolah peserta didik dapat mengekspresikan perilaku kearifan terhadap penjumlahan perbedaan pandangan dan pemikiran dalam kehidupan masyarakat , sehingga Masyarakat khususnya dunia pendidikan sekolah dapat merespon positif nilai-nilai rahmatan lil alamin Yaitu mencakup multikultural toleransi demokrasi dan Humanis pada pola pembelajaran di semua sekolah.

Penilaian autentik ada kalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.

Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang bisa digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.

Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.

Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.

Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.( Bunda Tri )

Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates